1. PENDAHULUAN
Kemajuan dalam
teknologi perangkat keras dan lunak komputer saat ini menjadikan media digital sebagai media pilihan untuk penggambaran dan
pemetaan. Bila gambar dan peta tersimpan dan tersajikan secara digital
menggunakan paket-paket program terapan kelompok CAD ataupun GIS, maka hitungan panjang, luas dan volume dari suatu gambar ataupun peta
bisa diperoleh dengan mudah menggunakan program-program yang disediakan. Gambar
yang akan dihitung luasnya bisa berupa gambar potongan, gambar kawasan yang
dibatasi oleh poligon atau kawasan yang dibatasi oleh garis kontur.
Bila penyimpanan
dan penyajian menggunakan media konvensional maka bisa dilakukan hitungan luas
cara numeris, grafis, mekanikal-grafis, mekanikal-grafis-digital. Hitungan luas cara grafis sangat dipengaruhi oleh kestabilan media
dan ketelitian Gambar Meskipun dalam teknik perhitungan dapat menggunakan penggaris, kertas
milimeter block atau planimeter, tetapi untuk pemakaian
praktis sekarang ini dianjurkan hitungan panjang, luas dan volume dilakukan
secara numeris menggunakan kalkulator berprogram ataupun komputer berprogram.
2. PERHITUNGAN LUAS
2.1 PERHITUNGAN LUAS CARA ANALITIS
Bentuk Dasar Beraturan
- Persegi empat; Bila panjang persegi empat P dan lebar L, maka luasnya LPE= P x L.
- Segitiga:
· Bila panjang satu sisi b dan tinggi segitiga pada sisi itu = h, maka luas segitiga LST = 1/2 bh.
· Bila sudut a diketahui dan sisi pengapitnya b dan c diketahui, maka luas segitiga LST = 1/2 bc sin a.
· Bila ketiga sisi segitiga masing-masing a, b dan c diketahui, maka luas segitiga LST = (s(s - a)(s - b)(s - c))1/2 dengan s = 1/2(a + b + c).
- Trapesium; Bila kedua sisi sejajar trapesium b1 dan b2 serta tingginya h diketahui, maka luas trapesium LTRP = 1/2(b1 + b2)h
Hasil Bentukan dari Bentuk Dasar Beraturan
- Bentuk turunan trapesium:
§ Cara offset dengan interval tidak tetap: A = 1/2(S1y1 + S2y2 + S3y3 + ... + Snyn),dengan S1 = d1, S2 = d1 + d2, S3 = d2+ d3, S4 = d3 + d4 dan S5 = d4.
Gambar. 1 Hitungan
luas cara offset dengan interval tidak tetap.
§ Cara offset dengan interval tetap : A = d {(y1+y2)/2
+ y2 + y3 + ... + yn-1},
dengan d adalah
interval yang sama. Pada gambar di atas, d1 = d2
= d3 = d4 =d.
Cara offset A = l (h1 + h2
+ h3 + ... + hn) = l S hi,
dengan i = 1 ... n.
Gambar. 2 Hitungan
luas cara offset pusat
- Bentuk turunan trapesium dan "parabola"; Trapesium dan parabola sebagai pendekatan bentuk yang dibatasi oleh lengkungan polynomial
§ Cara Simpson 1/3, dua bagian dianggap satu set A = l/3 (y0
+ 4y1 + y2)
Gambar. 3 Hitungan
luas cara Simpson 1/3.
§ Cara Simpson 1/3 untuk offset ganda berulang A = l/3
{y0 + yn + 4(y2 + y4
+...+yn-1) + 2(y3 + y5
+...+ yn-2)}
- Bentuk segi banyak cara koordinat
§
Bila koordinat (X,Y) suatu segi banyak
diketahui, maka luasnya adalah A = 1/2 S X(Y+1
- Yi-1) atau A = 1/2 S Yi(Xi-1
- Xi+1).
Gambar. 4 Hitungan
luas cara koordinat.
- Bentuk tanah asli beraturan:
Luas dihitung menggunakan rumus "typical"
pada bentuk yang beraturan tersebut.
Contoh: Luas galian pada potongan yang ditunjukkan pada gambar berikut adalah
A = h(W + r1h)
A = h(W + r1h)
Gambar. 5 Luas galian
pada bentuk tanah asli beraturan.
- Bentuk tanah asli tidak beraturan.
Hitungan luas berdasarkan potongan lintang pada bentuk tanah asli tidak
beraturan menggunakan cara koordinat. Koordinat perpotongan typical cross sections dengan tanah asli
harus dihitung.
2.2 Perhitungan Luas Cara Grafis
- Cara kisi-kisi: bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan kisi-kisi transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas = jumlah kelipatan kisi-kisi satuan.
Gambar. 6 Hitungan
luas cara grafis kisi-kisi.
- Cara lajur; bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan lajur-lajur transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas setiap lajur = dl, bila d adalah lebar lajur dan l panjang lajur.
Gambar. 7 Hitungan
luas cara grafis lajur
2.3 Perhitungan Luas Cara Mekanis - Grafis
Luas gambar diukur dengan menelusuri batas tepinya
menggunakan pelacak pada alat planimeter. Luas kawasan yang diukur diperoleh
dengan mengalikan bacaan manual luas planimeter dikalikan dengan skala gambar pada planimeter digital, bacaan luas planimeter secara
digital direkam dan sisajikan langsung oleh alat.
3. PERHITUNGAN VOLUME
Cara Potongan Melintang
Ø Cara potongan melintang rata-rata; Bila A1 dan A2 merupakan luas dua buah penampang yang berjarak L, maka volume yang dibatasi oleh kedua penampang ini: V = 1/2(A1 + A2) L
Gambar. 8 Volume cara
potongan melintang rata-rata.
Ø
Cara jarak rata-rata dari penampang: V = 1/2(L1
+ L2) Ao.
Gambar. 9 Volume cara
jarak rata-rata
Ø Cara Prisma dan Piramida Kotak
§ Cara prisma ; V = h/6(A1 + 4 Am + A2)
Gambar. 10 Volume
cara prisma.
§ Cara piramida kotak V = h/3{A1 + (A1A2)1/2 + A2}
Gambar. 11 Volume
cara piramida kotak
Ø Cara Ketinggian Sama
§ Cara dasar ketinggian sama areal bujur sangkar
V = A/4( h1 + 2 S h2
+ 3 S h3 + 4 S h4)
hI = ketinggian
titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume
Gambar. 12 Volume
cara dasar sama – bujur sangkar.
Contoh, lihat Gambar XYZ. Titik-titik berurutan dari pojok kiri atas ke
kanan terus ke bawah masing-masing digunakan dalam hitungan bujur
sangkar: 1, 2, 2, 2, 1; 2, 4, 4, 3, 1 dan 1, 2, 2, 1 kali. Contoh hitungan (Volume tinggi sama basis bujur sangkar).
§ Cara dasar ketinggian sama areal segitiga
V = A/3(h1 + 2S h2
+ 3S h3 + 4S h4 + 5S h5 +
6S h6 + 7S h7 + 8S h8)
hI = ketinggian
titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume.
Pelaksanaan hitungan menggunakan cara sama dengan cara bujur sangkar
Gambar. 13 Volume
cara dasar sama – segitiga,
Ø Cara Garis Kontur:
Gambar. 14 Volume
cara kontur
§ Cara garis kontur dengan rumus prisma;
V = h/3{ Ao + An + 4SA2r+1 + 2SA2r }
r pada 2r + 1 berselang 0 <= r <=
1/2(n - 2),
r pada 2r berselang 0 <= r <=
1/2(n - 2).
Untuk n = 2 diperoleh r = 0, sehingga V = h/3(Ao
+ A2 + 4A1) = h/3(Ao
+ 4A1 + A2).
Bila n adalah ganjil, bagian yang terakhir dihitung dengan cara piramida kotak atau cara rerata luas penampang awal dan akhir.
Bila n adalah ganjil, bagian yang terakhir dihitung dengan cara piramida kotak atau cara rerata luas penampang awal dan akhir.
§ Cara garis kontur rumus piramida kotak;
V = h/3{ Ao + An + 2SAr + S(Ar-1Ar)1/2 }
r pada 2SAr berselang 1 £ r £ n - 1,
r pada S(Ar-1Ar)1/2 berselang 1 £ r £ n.
Untuk n = 1 diperoleh V = h/3{A0 + A1 + (A0A1)1/2}
V = h/3{ A0 + (A0A1)1/2 + A1 }
Cara garis kontur dengan luas rata-rata; V = h/2 { Ao + An + 2S Ar }
r bernilai 1 £ r £ n - 1.
Untuk n = 1 diperoleh V = h/2 ( A0 + A1 )
4. GEOSTATISTIK (STATISTIKA
SPASIAL)
Geostatistik merupakan cabang daripada statistik terapan yang dibantu
dengan deskripsi matematik dan analisa (observasi)
geologi. Pada dasarnya geostatistik dapat digunakan dapat digunakan untuk estimasi
dan penelaahan variabel, faktor atau keadaan yang ada kaitannya dengan ilmu
kebumian.
Variogram atau semivariogram merupakan alat utama dalam perhitungan
melalui geostatistik, selain itu dapat juga untuk mengukur variansi (mean squarred error) dalam estimasi
nilai Z(x+h) dengan Z(x). Jika sampel pada posisi x+h nilainya sama dengan
sampel pada posisi x, maka kesalahan adalah Z(x) – Z(x+h), yang kuadrat
rata-ratanya bernilai 2g(h). Persamaan semivariogram eksperimentalnya adalah ;
Model variogram eksperimental yaitu variogram yang diperoleh dengan
memasukkan nilai sampel dalam rumus variogram merupakan realisasi daripada
sifat-sifat spasial dari regionalized variabel. Hal ini dilakukan agar
variogram tersebut dapat digunakan untuk alat estimasi nilai suatu dimensi yang
lebih besar daripada ukuran sampel sehingga perlu adanya model teoritis yang
cocok dengan realisasi sifat – sifat spasial berkaitan dengan regionalized
variabel yang sedikit memperlihatkan keadaan statis.
Variogram yaitu representasi hubungan antar data secara spasial (ruang)
pada suatu arah tertentu. Di mana dapat dirumuskan dalam rumus umum di bawah
ini ;
Di mana :
g(h) : nilai variogram untuk arah tertentu dan jarak
h
h : 1d, 2d, 3d, 4d, (d=jarak k antar conto)
z(xi) : harga
(data) pada titik xi
z(xi+h) : data
pada titik yang berjarak h dari xi
N(h) : jumlah
pasangan data
4.1 Metoda Seperjarak (Invers
Distance Method)
Metode matematik banyak diterapkan pada tahap awal evaluasi mineral
deposit. Metode dan teknik perhitungan dipengaruhi oleh kondisi geologi lokal,
metode penambangan dan lain sebagainya. Metode yang diterapkan, dalam praktek
yang sebenarnya selalu sesuai dengan teori yang diberikan. Salah satu metode
perhitungan tersebut adalah metode Invers Distance.
Prinsip penaksiran metode Invers Distance adalah dilakukan teknik
pembobotan titik data yang didasarkan pada:
- letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap letak data conto
- kecenderungan penyebaran data kualitas
- orientasi setiap conto yang menunjukkan hubungan letak ruang antar conto
Pemecahan
masalah dalam metode bijih ini dengan metode yang didasari pada jarak sample
satu dengan sample lainnya dalam satu blok. Umumnya pembobotan
jarak dengan metode menurut sample yang ditampilkan dan cara penerapannya:
- Invers distance
- Invers distance squared
- Invers distance cubed
- Rumus umum Invers distance:
persamaan pembobotannya :
faktor pembobotan :
- Invers distance squared
persamaan pembobotannya :
faktor pembobotan :
- Invers distance cubed
persamaan pembobotannya :
faktor pembobotan :
Perinciannya adalah sebagai berikut :
- Sudut perubah yang maksimum
- Dimensi ruang sesuai dengan pola penyelidikan yaitu :
- Square
- Circle
- Rectangle
- Ellips
§ Jika titik sample nyatanya terdapat pada tengah-tengah blok maka
diperkirakan keadaan ini d=0, menyebabkan nilai d kecil yaitu 1 m.
§ Hal yang mencirikan titik minimum dalam ruang maka diijinkan untuk
melakukan interpolasi
§ Jika jumlah titik tersebut tidak cukup memadai maka penyelidikannya
diperluas hingga jumlahnya cukup memadai ruang tersebut. Contoh untuk perluasan
bentuk rectangle dengan perluasan 25% panjang dan lebar
Pada metode invers distance :
- Memperhitungkan adanya hubungan letak ruang (jarak).
- Merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang (weighting average) dari titik-titik data
yang ada di sekitarnya.
- Pada titik data yang terdekat dengan titik yang ditaksir akan memberikan
bobot yang lebih besar daripada titik data yang lebih jauh.
- Efek penghalusan (pemerataan) dilakukan dengan faktor pangkat.
- Pada pangkat yang sangat besar akan menghasilkan pendekatan metode
poligon.
- Pangkat semakin besar maka bobot (pengaruh) dari titik terdekat semakin
besar pula.
Kelemahan :
- Tidak
ada hubungan antara jarak dan range a pada variogram.
- Pada deposit irregular dengan range kecil akan diperlakukan sama dengan
pada deposit reguler dengan luas a.
- Jika titik referensi adalah lubang bor, kemudian faktor pembobotan tak
berhingga, maka metode ini tidak dapat diterapkan.
- Metode ini didasarkan pada estimasi titik dan tidak bergantung pada
ukuran blok.
- Invers Distance hanya memperhatikan jarak dan belum memperhatikan efek
pengelompokan data.
- Sehingga data dengan jarak yang sama namun mempunyai pola sebaran yang
berbeda masih akan memberikan hasil yang sama.
- Metode ini belum memberikan korelasi ruang antara titik data dengan titik
data yang lain.
4.2 Kriging
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari
suatu variabel terregional (regionalized variable)
yang memakai pendekatan bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai suatu
realisasi dari suatu variabel acak (random
variable), dan keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis
tersebut akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural
variogram atau kovariogram (Dr. Ir.
Rukmana Nugraha Adhi, 1998).
Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus
untuk mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum ® BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto,
2003). Kriging diambil dari nama seorang pakar geostatistik
dari Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang telah banyak memikirkan hal tersebut
sejak tahun 50an.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan
sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari
persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang
digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di
sekitar blok serta model variogramnya.
Nilai estimasi (1) dan variabel estimasi kriging (2) yang ditentukan
dengan metoda geostatistik untuk suatu variabel terregional disetiap support V
adalah sebagai berikut (Gambar 1) ;
a). Blok Teratur
b). Blok Tidak Teratur
Gambar. 15
Perhitungan Metoda Geostatistik dengan support suatu blok
dan ai ditentukan dari
perkalian matrik pada persamaan kriging (3, 4, 5, 6). Persamaan Kriging (3)
Dari persamaan kriging tersebut, menjadi perkalian matriks sebagai
berikut ;
[Matriks G].[Matriks A] = [Matriks M]…………… (5)
[A] = [G]-1 [M]……………(6)
di mana ;
Z* : nilai estimasi kriging di blok V
X1,X2….X6 : posisi data pengamatan
/ pemboran
Z(xi) : nilai data pengamatan/pemboran di xi
ai : besaran bobot dari data yang berada di
koordinat (xi, yi) untuk estimasi blok
sk2 : Varians estimasi kriging
`g(xi,V) : Variogram rata-rata dari data yang berada di
koordinat (xi,yi) ke blok V
`g(V,V) : Variogram rata – rata dari blok V
V : blok estimasi = ABCDE
m : koefisien Lagrange
Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks
untuk suatu komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada
penentuan cadangan-cadangan yang mineable
dengan kadar-kadar di atas cut off grade.
Sebagai conto hubungan antara analisa conto dengan harga analisa blok
bijih (harga sebenarnya) yang terpencar membentuk elips (Gambar. 16) kemudian
tarik garis regsresi melalui titik 0 dan titik (Ž,ž), selanjutnya bagi elips
tersebut dengan cut off grade zc
= Zc = 5 % menjadi empat bagian.
Gambar. 16 Pencaran data antara kadar conto vs. kadar blok yang
memperlihatkan kesalahan penambangan
Daerah 1 Semua blok dengan kadar > cog yang sesuai dengan kadar conto > cog ditambang
Daerah 2 Semua blok dengan kadar < cog yang sesuai dengan kadar conto < cog ditambang
Daerah 3 Semua blok dengan kadar < cog yang sesuai dengan kadar conto > cog ditambang
Daerah 4 Semua blok dengan kadar > cog yang sesuai dengan kadar conto < cog ditambang
Jika garis regresi B – B’ yang menunjukkan hubungan antara conto dan
kadar blok diplot, maka blok – blok dengan kadar 5% juga akan ditambang
walaupun kadar conto kadar 3,5% (Gambar. 16). Daerah 4 pada Gambar 1 yang baik
tertambang karena kesalahan informasi menjadi kecil, sementara itu daerah 3
yang ditambang walaupun berkadar rendah menjadi lebih besar, walaupun demikian
secara keseluruhan daerah dengan blok-blok yang mempunyai kadar > cut off grade (5%) dan ditambang menjadi
lebih besar.
Berdasarkan analisis variogram, Matheron memberikan koreksi perkiraan
kadar pada suatu blok yang tidak hanya dipengaruhi oleh conto di dalam blok
saja, tetapi juga pada conto – conto disekitarnya.
Gambar. 17 Perubahan
bentuk elips pencaran data akibat koreksi dengan metoda kriging
Melalui koreksi ini bentuk elips akan lebih kurus/sempit dengan
batas-batasnya mendeteksi garis regresi yang membentuk sudut 450.
Jumlah conto dan pasangan bloknya pada daerah 3 dan daerah 4 yang menyatakan
kadar rendah ditambang atau kadar tinggi tidak ditambang akan berkurang.
4.3 Metoda
Perhitungan Cadangan Batubara
Metoda penampang (cross-section) masih sering dilakukan pada tahap awal. Penaksiran
secara manual ini dipakai sebagai pembanding untuk mengecek hasil penaksiran
menggunakan komputer. Rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan luas
rata-rata (mean area) dipakai untuk
endapan yang mempunyai penampang yang uniform.
Rumus Mean Area
Di mana ;
S1 : luas
penampang 1
S2 : luas
penampang 2
L : jarak antar penampang
V : Volume Cadangan
Rumus Prismoidal
Di mana ;
S1S2 : luas
penampang 1 & 2
M : luas
penampang tengah
L : jarak antar penampang S1 dan S2
V : Volume Cadangan
Daftar Pustaka
1.
Badan
Standardisasi Nasional, 1998, Standar
Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan, SNI No. 13-4726-1998.
2.
Badan
Standardisasi Nasional, 1998, Standar
Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara, SNI No. 13-5014-1998.
3.
Evans,
A.M., Editor, 1995, Introduction to
Mineral Exploration, Blackwell Science, Ltd.
4.
Machali
Muchsin, A., 1999, Klasifikasi Sumber
Daya Mineral dan Cadangan. Naskah/ bahan kuliah disampaikan dalam Kursus
Pembinaan dan Pengawasan Eksplorasi, diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan
Tenaga Pertambangan (PPTP) Tanggal 26 Agustus sampai dengan 24 September 1999.
5.
McKinstry,
H.E., 1962, Mining Geology, Prentice
Hall Inc., Modern Asia Edition.
6.
Peters,
W.C., 1978, Exploration and Mining
Geology, John Wiley & Sons, New
York.
7.
Reedman,
J.H., 1979, Techniques in Mineral
Exploration, Applied Science Publisher, London.
8.
The
Resources and Reserves Committee, 1999, Guide for Reporting Exploration
Information, Resources and Reserves, (Submitted to The Board of Directors of
The Society of Mining, Metallurgy and Exploration Inc.), 17 pp.
9.
Dr.
Ir. Totok Darijanto, “Diktat Kuliah Geostatistik”, Jurusan Teknik Pertambangan,
ITB, 1999.
10.
Dr.
Ir. Totok Darijanto, Modul Diklat, “Penaksiran Sumberdaya Mineral”, 2003
11.
Dr.
Ir. Rukmana Nugraha Adhi, “Geostatistik”, Kursus Eksplorasi Batubara bagi
Sarjana Baru dan Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Geologi dan Pertambangan, 1998
12.
Anik
Hilyah, “Makalah Perhitungan Cadangan dengan Invers Distance Method”, Bidang
Khusus Eksplorasi Sumber Daya Bumi, ITB, 2004
0 comments:
Post a Comment